Respon Balasan dari China, Uni Eropa, dan Kanada Usai Terkena Tarif Gila Trump

Presiden AS, Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. [Foto: AFP/Brendan Smialowski]

ZONAPIRASI.MY.ID - Sejumlah negara menunjukkan reaksi keras terhadap kebijakan perdagangan baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pekan lalu.

Kebijakan tersebut mencakup penerapan tarif resiprokal terhadap 180 negara dengan nilai yang bervariasi, serta tarif impor global sebesar 10 persen.

Langkah ini memicu kekhawatiran besar di kalangan komunitas internasional, banyak negara menilai kebijakan tersebut berpotensi merusak stabilitas ekonomi global.

Berikut adalah tanggapan resmi dari beberapa negara.

China Balas Tarif 34 Persen untuk Produk AS

China, sebagai salah satu mitra dagang utama AS, dengan cepat menanggapi kebijakan Trump.

Komisi Tarif Dewan Kementerian Keuangan China menyebut tarif baru AS sebagai langkah yang “tidak sejalan dengan aturan perdagangan internasional” dan sangat merugikan kepentingan ekonominya.


Sebagai balasan, pemerintah China resmi memberlakukan tarif impor sebesar 34 persen terhadap seluruh barang asal Amerika Serikat mulai 4 April 2025.

Jika digabungkan dengan tarif resiprokal sebelumnya, maka total tarif efektif untuk produk China yang masuk ke pasar AS mencapai 54 persen.

"Tarif sebesar 34 persen akan dikenakan untuk semua barang impor yang berasal dari Amerika Serikat berdasarkan tarif yang berlaku saat ini," demikian pernyataan resmi pemerintah China, dikutip dari CNN Indonesia.

Uni Eropa Targetkan Layanan Digital AS

Uni Eropa juga mengambil langkah balasan menyusul kebijakan tarif 20 persen dari AS.

Pemerintah Prancis melalui juru bicara Sophie Primas menyatakan bahwa Uni Eropa tengah mempersiapkan respons dalam dua tahap.

Tahap pertama difokuskan pada produk logam seperti aluminium dan baja, yang dijadwalkan berlaku pertengahan April.

Tahap kedua akan menargetkan sektor digital, termasuk layanan daring asal AS yang selama ini tidak dikenakan pajak.

Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menambahkan bahwa tarif baru juga akan mencakup produk seperti wiski, sepeda motor, dan bourbon, dengan nilai tarif hingga 50 persen.

“Kami akan menyerang layanan. Misalnya layanan daring yang saat ini tak dikenai pajak, tetapi bisa saja dikenai pajak,” ujar Primas, dikutip dari Channel News Asia.

Meski demikian, von der Leyen menyatakan bahwa Uni Eropa masih membuka ruang negosiasi dengan Washington untuk mencegah eskalasi konflik dagang lebih lanjut, demikian laporan Wall Street Journal.


Kanada Fokus pada Sektor Otomotif

Sementara itu, Kanada memilih untuk membalas lewat sektor otomotif. Perdana Menteri Mark Carney mengumumkan tarif sebesar 25 persen terhadap kendaraan asal AS.

Namun, suku cadang mobil dikecualikan dari kebijakan ini untuk menjaga keberlanjutan sistem produksi otomotif yang saling terintegrasi.

“Karena kami mengetahui manfaat dari sistem produksi terpadu kami,” ujar Carney seperti dikutip dari Politico via CNN Indonesia.

Pemerintah Kanada sebelumnya juga telah menerapkan tarif terhadap berbagai produk AS senilai sekitar US$42 miliar, mencakup buah-buahan, minuman keras, hingga komputer dan peralatan olahraga.

Dampak Terhadap Ekonomi Global

Langkah-langkah balasan dari China, Uni Eropa, dan Kanada menandai meningkatnya ketegangan dalam perdagangan internasional.

Para ekonom memperingatkan bahwa perang tarif ini bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan global jika tidak segera diredakan melalui jalur diplomasi.

Kebijakan perdagangan unilateral semacam ini dinilai dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku usaha dan menurunkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi jangka panjang.

(isa/cnn/zpi)

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Isi komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator itu sendiri.

Lebih baru Lebih lama